Kunikmati perawan juniorku

Namaku Andi, umurku baru 16 tahun. Aku sekolah di SMA terbaik di B**i dan pas cerita ini muncul, aku kelas 2 SMA. Untuk cerita ini, bahasa yang dipakai adalah bahasa DC/FC K**k**.

Aku pertama kenalan sama Rini segera setelah dia MOS. Waktu itu, aku diperintah untuk menyabot MOS oleh satu kelompok anti-bullying. Tapi semua cerita ini aku skip biar langsung main.

Rini, menurut intelijenku, adalah gadis keturunan Jepang dan dia katanya mengincar anak kelas 2 yang menurutnya "tinggi, tegap, kurus, tapi ototnya seperti kuli". WTF! Mode GR on : apa dia ngincar aku? Persetan.

Pertengahan November, aku sudah nembak dia dari awal Agustus dan menurutnya aku yang dia cari. Siang itu, aku baru pulang dari kegiatan klub OSN sekolah saat Rini masuk kamarku di pangkalan dan you-know-what-I-do

"An-kun," Rini mengetuk pintu kamarku dengan polosnya
"Masuk aja, Ri-chan."

Rini main ke kamarku hanya memakai tanktop dan hotpants. Dia awalnya masuk buat pinjam buku "Physics of the Impossible" (buku ini beneran ada, googling sendiri), ternyata dia menyimpan maksud lain kalau melihat pakaiannya.

"An-kun, umm.... begini, aku merasa kalau aku culun di kelas. Soalnya teman-teman bilang mereka pernah begituan sama pacar mereka."
"Mau coba?"
"Bagaimana ya?? Masalahnya aku juga dilarang sama papa untuk ini."
"Keputusan di kau, Ri-chan. Aku mah terima jadi doang urusan ngewe."
"Kita bisa lama ngga pacaran?"
"So far so good, Ri-chan. Aku sih mainnya ngeplex aja dan aku bukan buaya darat macam si bujanginam yang nyaris ngewe kau waktu itu."
"Oke, aku mau coba."
"Peringatan aja nih, ini mungkin bakal sakit buat kau."
"Oke."

Ajigile! Kalo gak salah, dia kan polos, tapi kali ini dia mau rada binal dikit. Okelah, bung. SIKAT!!!! Ajari dulu dia ciuman. "Kau merem dulu, Ri-chan. Kuajari dulu ciuman, biasanya kalo pacaran jarang ada yang langsung ngewe tanpa fase ciuman."
Dia mau menutup matanya, tapi langsung dibuka lagi, "Jangan khawatir, aku gak bakal macam-macam koq." dan aku pun melumat bibir mungilnya. Dia nyaris gak melawan tapi nafasnya cukup kuat untuk melawanku. 15-20 detik cukup buat kelas pertama. Dia keliatannya masih oke, tapi aku yang nyaris KO.

"Ri-chan, pernah ciuman sebelum ini?" langsung aja kuhajar, tapi dia hanya menggeleng
"Aku main klarinet." dia dengan polosnya menjawab dan aku nyaris teriak 'Wuanjjiinkk', pantes aja nafasnya kuat gitu.
"Siap untuk langsung main?"
"Oke."

Rini membuka tanktop dan minisetnya sekaligus. Tumben ada anak SMA masih pake miniset, ternyata emang tokednya imut.
"Apa ini sudah cukup?"
"Bawahnya juga, Ri-chan. Aku gak mau ambil resiko sama dada mungilmu itu." aku takut kalo salah mainin tokednya, ntar ada saraf yang rusak dan runyam semua.
Dia kayaknya malu-malu untuk membuka hotpants-nya dan CD-nya. Aku perlu meyakinkan dia dua kali dengan dua alasan yang berbeda hanya untuk sekedar membuatnya buka celana.

Aku mulai foreplay dengan menjilat klit-nya, biasa buat mancing cairan cintanya. Dia kelihatannya rasain sakit yang baru pertama kalinya. Setelah siap, aku membuka bokserku dan muncullah MP-5 punyaku (refer to google for more details on real MP-5) dalam modus siap tempur sepanjang 16 senti dengan diameter 3 senti. Kalo dianya udah pernah atau sering dijebol, punyaku sih macam mainan buat dia; tapi ini masalahnya adalah dia baru pertama kali, jadinya ya pasti sakit gila buat dia.

Senjata siap, target dalam Line-of-sight berarti langsung aja hajar. Aku memasukkan si MP-5 ke dalam Tmpk-nya Rini. Baru moncongnya masuk, Rini hampir teriak kesakitan dan dia nangis. "Tadi kan sudah kubilang."
"Ngga apa-apa koq. Lanjut saja."
"Oke dan siap-siap."
Senjataku merasakan ada selaput di dalamnya. Demi dewi pedofil, ini cewek baru pertama kalinya diewe. Aku yang udah dikuasai setan darimana pun terus mengarahkan si Empi ke dalamnya Rini. Sepraiku bernoda darah dan cairan cintanya.
Setelah pas masuk ke dalam sampai habis dia punya lobang sasaran yang ternyata lebih pendek dari si Empi, aku membiarkannya tetap disana sampai Tmpk-nya Ri-chan terbiasa dengan sesuatu di dalamnya. Denyutan terakhir pertanda dia sudah biasa berarti aku bisa mulai menggenjotnya. Aku beraksi dalam posisi Man on Top sampai dia duluan orgasme dari aku. Biar dia udah sampai titik klimaksnya, aku yang belum dan aku tetap genjot habis sampai aku juga orgasme.

Ketika aku orgasme, ternyata Rini sudah tiga kali orgasme dalam satu ronde. Dia terkapar kelelahan di kamarku. Untungnya anak-anak yang lainnya ikut klub mata pelajaran yang sekali klub bisa sampai malam sementara aku ikutnya klub yang hanya sampai separo sore. Sore itu juga, aku suruh dia balik ke kamarnya dan mandi.


@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Kunikmati perawan juniorku